Berbagi Optimis - Sesungguhnya,
orang-orang yang baru mengenalmu, mungkin hanya melihat dari bentuk fisik tanpa
tahu energi besar apa yang tersimpan di dalam dirimu. Mereka lantas memberikan
kesimpulan tentang dirimu, tanpa tahu sebenarnya hal besar apa yang bisa saja
Allah takdirkan diselesaikan olehmu. Tetapi, memang begitulah sebagian manusia,
mencoba menyimpulkan terhadap seseorang, tanpa dia merasakan bahwa sesuatu hal
pun bisa saja berubah, atas kehendakNya.
Jadi teringat,
kisah yang didongengkan saat usia belia, bagaimana seekor angsa yang dia tumbuh
besar bersama sekawanan bebek. Pada awalnya, semua menertawakan, mencaci maki, Karena
ternyata dia tumbuh berbeda dengan yang lainnya. Namun, akhirnya waktu
senantiasa menjadi pembuktian atas perubahan yang bisa saja terjadi.
Begitupun dengan
kita. Hidup itu serba pilihan. Bahkan diam pun adalah pilihan. Karena memang,
sifat kehidupan terus bergerak. Waktu terus menyeret kita untuk terus maju dan
akhirnya, berada dalam persimpangan, “Hendak mau memilih jalan yang mana?”
Seperti halnya
Allah sudah menyampaikan, bahwa manusia memang dibekali kemampuan untuk
memilih. Namun, kembali pada setiap pilihan, semuanya memiliki resiko dan reward-nya masing-masing. Hendak memilih
yang mana? Yang pasti bersikap lebih baik dibandingkan dengan hanya diam dan
berada dalam sisi oportunis atau abu-abu.
Karena memang
kehidupan diciptakan berpasang-pasangan, maka pilihan pun Allah ciptakan
keduanya, sulit dan mudah. Ringan dan berat. Pendek dan Panjang. Dan sebagainya.
Lalu, ada kalanya engkau bimbang, ““Hendak mau memilih jalan yang mana?”
Maka, cobalah
memilih jalan yang terberat untukmu. Jalan terberat tidak akan pernah
mengkhianati hal-hal yang bisa engkau dapatkan banyak darinya. Coba pikirkan
saja, Pulau Madagaskar, adalah satu pulau yang ditemukan terakhir ketika pulau
yang lain telah berpenghuni. Alih-alih nenek moyangnya berasal dari Afrika,
ternyata manusia pertama yang bermukim di Madagaskar adalah orang Indonesia.
1200 tahun yang lalu, 30 orang menempuh jarak 5600 km menyeberang samudera yang
akhirnya membuat mereka terdampar di Madagaskar. Tidak hanya itu, beragam kisah
lain berbincang tentang para penemu-penemu yang berhasil menempuh jalan
terberat, dan akhirnya mereka mendapatkan reward
darinya.
Sekali lagi,
saat engkau bimbang, pilihlah jalan terberat. Sehingga, engkau semakin dengan
dengan Allah, senantiasa mengingatnya, dan terus-menerus berharap kepadaNya.
Bukankah bila kita melewati jalan yang sepi dan gelap di tengah malam, mata
kita tidak pernah lepas dari cahaya senter atau api untuk menerangi jalan itu?
Begitupun ketika kita memilih jalan terberat.
Akhirnya, jalan
terberat itu memang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang diberikan
petunjuk. Karena pada akhirnya, reward dari
perjuangan melewati jalan terberat tidaklah didapatkan oleh semua orang. Hanya
sedikit. Sekali lagi, hanya sedikit. Dan dalam sedikit itu apakah kita satu
diantaranya?
Mulailah untuk
berani. Mengasah kecerdasan adversitas yang dikenalkan oleh Paul G. Stoltz pada
tahun 1997. Menjadi orang yang siap menghadapi masalah, menikmati tantangan,
dan mengharapkan ujian. Karena memang, semua itu adalah bentuk kasih sayang
Allah kepada manusia.
So, Mulailah
untuk memilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar