Hijrah
itu kalau di jamannya Rasulullah dulu adalah perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain, tapi, untuk saat ini, al-khusus di kalangan Muslim dan Muslimah,
hijrah itu diartikan sebagai perombakan diri, baik itu lahir dan bathin,
meninggalkan apa yang Allah SWT benci dan melakukan apa yang Allah perintahkan.
Hijrah juga erat banget hubungannya sama proses yang panjang dan cara yang ga instan.
Saat
kita memutuskan untuk berhijrah, karena dapat hidayah dan menemukan jalan Allah
SWT diantara hiruk pikuk kehidupan, kita akan memulai langkah dengan mencari
suatu nilai buat menambah tingkat keimanan kita kepada Allah Ta’ala, terus
berjalan dan konsisten sampai mati, ya itu sih Idealnya, memang seperti itu. Tapi
faktanya? ideal dan segala sesuatu berjalan lancar itu ga ada, sulit, ga mudah seperti
yang kita bayangin sebelum-sebelumnya.
Bicara
soal hijrah sepertinya kita harus berkaca setiap pagi dan nanyain diri sendiri
setiap malam, “udah seberapa gw berubah dan sejauh apa gw melangkah ke arah
yang benar?”. Hijrah adalah sebuah proses yang artinya Allah SWT bisa kapan
saja ngubrak-abrik hati kita buat diuji, toh Allah SWT punya kuasa,Allah
SWT-kan Maha Pembolak Balik Hati, Allah SWT yang paling paham lebih dari diri
kita sendiri, dimana titik lemah kita untuk diuji atau godaan syaiton yang
selalu disiplin banget buat nyari celah supaya kita kalah dengan komitmen kita
sendiri selama proses hijrah berlangsung. Siapa kita? Hanya manusia yang selalu
bermain dengan akal dan nafsu, imannya naik turun. Belum lagi lewat godaan
duniawi yang amat menggiurkan, tuntutan pekerjaan, tuntutan lingkungan, dan
tuntutan-tuntutan lainnya yang kapan saja siap menggoyahkan.
Hijrah adalah sebuah perjuangan Panjang, sepanjang hayat, sepakat ga?
Hijrah
bukan sekedar mengubah penampilan seperti celana cingkrang atau jilbab Panjang,
ga, ga sesederhana itu. Itu hanyalah langkah awal, baru mulai, belum apa-apa.
Tapi se-enggaknya itu merupakan langkah besar yang diambil, karena itu artinya
sudah mau nurut sama Allah SWT atas perintah wajib-Nya. Tapi balik lagi, hijrah
ga se-enteng itu. Bertahan sama komitmen itu butuh bayaran yang mahal, ga bisa pakai
uang, ga bisa pakai pujian manusia, ga bisa pakai jumlah follower, tapi pakai ketaatan,
pakai ilmu sama amal.
Pernah
mungkin sekali waktu ingin menarik dan menggunakan celana jeans dilemari atau
melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk di masa lampau yang mengundang kita untuk
balik lagi pada masa itu dan melepas semu perjuangan proses yang sudah kita
lewati, pernah ? satu hal yang bakalan ditanyain untuk kondisi seperti ini
ialah “niat hijrah kita karena siapa?” Ketika jawabannya adalah karena manusia
lain, mungkin pasangan, atau mungkin orang lain yang dikagumi, tentu saja
perasaan lelah, kecewa trus perasaan ingin balik lagi ke masa lampau yang suram
dan gelap itu akan datang terus menerus, kalau sudah begini, bukan misi hijrah
kita yang berhasil, tapi misi si syaiton yang complete.
Bergantung
pada manusia lain itu awal mula datangnya rasa kecewa, manusia ga ada yang sempurna
jadi wajar saja kalau kapan saja bisa mengecewakan. Tapi beda banget kalau niat
kita berubah itu karena Allah SWT, rasa
Lelah dan kecewa itu hilang, bukannya ga ada ya, tapi hilang, karena yang jadi
landasannya adalah Allah SWT, kita bakal yakin kalau Allah SWT bakalan terus ada
buat nguatin kita dan kita juga yakin kalau Allah SWT ga pernah ingkar sama
janji pahala kebaikan buat hambanya yang terus memperjuangkan agama Allah SWT. Jadi,
kalau saat ini kita adalah orang yang sedang dalam proses hijrah itu, segera
kita lurusin lagi apa yang berbelok di awal, supaya muara nya jelas, yaitu
Allah SWT dan Arsy-Nya. Supaya ga ada kata “yah sudah terlanjur” terus nyesel
di akhir, akan selalu ada kesempatan untuk orang-orang yang mau mengambil
kesempatan itu, kita cukup menjadi peka sama tanda-tanda dari Allah SWT.
--
(Lusiana Syah Putri/Berbagi Optimis)
--
(Lusiana Syah Putri/Berbagi Optimis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar